twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Monday 25 November 2013

Materi "Organisasi Kehidupan"



ORGANISASI KEHIDUPAN
A.    Sel
Sel merupakan unit penyusun tubuh makhluk hidup. Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Terdapat makhluk hidup yang tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme uniseluler, m isalnya bakteri dan amoeba. Sedangkan tumbuhan, hewan, dan manusia, merupakan organisme multiseluler yaitu organism yang terdiri dari banyak tipe sel yang terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih dari 1013 sel. Namun demikian, seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Sel-sel pada organisme multiseluler tidak akan bertahan lama jika masing-masing berdiri sendiri. Sel yang sama dikelompokkan menjadi jaringan, yang membangun organ dan kemudian sistem organ yang membentuk tubuh organisme tersebut. Contohnya, sel otot jantung membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan bagian dari sistem organ peredaran darah pada tubuh manusia. Sementara itu, sel sendiri tersusun atas komponen-komponen yang disebut organel. Sel terkecil yang dikenal manusia ialah bakteri Mycoplasma dengan diameter 0,0001 sampai 0,001 mm, sedangkan salah satu sel tunggal yang bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam yang belum dibuahi. Akan tetapi, sebagian besar sel berdiameter antara 1 sampai 100 µm (0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke-17. Robert Hooke pertama kali mendeskripsikan dan menamai sel pada tahun 1665 ketika ia mengamati suatu irisan gabus (kulit batang ketela pohon) dengan mikroskop yang memiliki perbesaran 30 kali. Namun demikian, teori sel sebagai unit kehidupan baru dirumuskan hampir dua abad setelah itu oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann. Selanjutnya, sel dikaji dalam cabang biologi yang disebut biologi sel.

Sejarah Penemuan Awal Sel
Mikroskop majemuk dengan dua lensa telah ditemukan pada akhir abad ke-16 dan selanjutnya dikembangkan di Belanda, Italia, dan Inggris. Hingga pertengahan abad ke-17 mikroskop sudah memiliki kemampuan perbesaran citra sampai 30 kali. Ilmuwan Inggris Robert Hooke kemudian merancang mikroskop majemuk yang memiliki sumber cahaya sendiri sehingga lebih mudah digunakan. Ia mengamati irisan-irisan tipis gabus melalui mikroskop dan menjabarkan struktur mikroskopik gabus sebagai "berpori-pori seperti sarang lebah tetapi pori-porinya tidak beraturan" dalam makalah yang diterbitkan pada tahun 1665. Hooke menyebut pori-pori itu cells karena mirip dengan sel (bilik kecil) di dalam biara atau penjara. Yang sebenarnya dilihat oleh Hooke adalah dinding sel kosong yang melingkupi sel-sel mati. Ia juga mengamati bahwa di dalam tumbuhan hijau terdapat sel yang berisi cairan.
Gambar struktur gabus yang dilihat Robert Hooke melalui mikroskopnya

Pada masa yang sama di Belanda, Antony van Leeuwenhoek, seorang pedagang kain, menciptakan mikroskopnya sendiri yang berlensa satu dan menggunakannya untuk mengamati berbagai hal. Ia berhasil melihat sel darah merah, spermatozoid, khamir bersel tunggal, protozoa, dan bahkan bakteri. Pada tahun 1673 ia mulai mengirimkan surat yang memerinci kegiatannya kepada Royal Society, perkumpulan ilmiah Inggris, yang lalu menerbitkannya. Pada salah satu suratnya, Leeuwenhoek menggambarkan sesuatu yang bergerak-gerak di dalam air liur yang diamatinya di bawah mikroskop. Ia menyebutnya diertjen atau dierken (bahasa Belanda: 'hewan kecil', diterjemahkan sebagai animalcule dalam bahasa Inggris oleh Royal Society), yang diyakini sebagai bakteri oleh ilmuwan modern. Pada tahun 1675–1679, ilmuwan Italia Marcello Malpighi menjabarkan unit penyusun tumbuhan yang ia sebut utricle ('kantong kecil'). Menurut pengamatannya, setiap rongga tersebut berisi cairan dan dikelilingi oleh dinding yang kokoh. Nehemiah Grew dari Inggris juga menjabarkan sel tumbuhan dalam tulisannya yang diterbitkan pada tahun 1682, dan ia berhasil mengamati banyak struktur hijau kecil di dalam sel-sel daun tumbuhan, yaitu kloroplas.
Teori sel
Beberapa ilmuwan pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 telah berspekulasi atau mengamati bahwa tumbuhan dan hewan tersusun atas sel, namun hal tersebut masih diperdebatkan pada saat itu. Pada tahun 1838, ahli botani Jerman Matthias Jakob Schleiden menyatakan bahwa semua tumbuhan terdiri atas sel dan bahwa semua aspek fungsi tubuh tumbuhan pada dasarnya merupakan manifestasi aktivitas sel. Ia juga menyatakan pentingnya nukleus (yang ditemukan Robert Brown pada tahun 1831) dalam fungsi dan pembentukan sel, namun ia salah mengira bahwa sel terbentuk dari nukleus. Pada tahun 1839, Theodor Schwann, yang setelah berdiskusi dengan Schleiden menyadari bahwa ia pernah mengamati nukleus sel hewan sebagaimana Schleiden mengamatinya pada tumbuhan, menyatakan bahwa semua bagian tubuh hewan juga tersusun atas sel. Menurutnya, prinsip universal pembentukan berbagai bagian tubuh semua organisme adalah pembentukan sel.
Perkembangan biologi sel
Antara tahun 1875 dan 1895, terjadi berbagai penemuan mengenai fenomena seluler dasar, seperti mitosis, meiosis, dan fertilisasi, serta berbagai organel penting, seperti mitokondria, kloroplas, dan badan Golgi. Lahirlah bidang yang mempelajari sel, yang saat itu disebut sitologi. Perkembangan teknik baru, terutama fraksinasi sel dan mikroskopi elektron, memungkinkan sitologi dan biokimia melahirkan bidang baru yang disebut biologi sel. Pada tahun 1960, perhimpunan ilmiah American Society for Cell Biology didirikan di New York, Amerika Serikat, dan tidak lama setelahnya, jurnal ilmiah Journal of Biochemical and Biophysical Cytology berganti nama menjadi Journal of Cell Biology. Pada akhir dekade 1960-an, biologi sel telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mapan, dengan perhimpunan dan publikasi ilmiahnya sendiri serta memiliki misi mengungkapkan mekanisme fungsi organel sel.
Struktur
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma, sementara daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Setiap sel mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel memiliki struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel tersebut. Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki nukleus. Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik, sementara protista, tumbuhan, jamur, dan hewan memiliki sel eukariotik.

Sel Prokariotik

Gambar sel prokariotik.
Pada sel prokariotik (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon, 'biji'), tidak ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan daerah tempat DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan prokariotik merupakan organisme uniseluler dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan volumenya sekitar 1 µm3) serta umumnya terdiri dari selubung sel, membran sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain. Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya. Jika selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu disebut sebagai dinding sel. Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran luar yang menutupi lapisan peptidoglikan, dan ada pula bakteri yang memiliki selubung sel dari protein. Sementara itu, kebanyakan selubung sel arkea berbahan protein, walaupun ada juga yang berbahan peptidoglikan. Selubung sel prokariotik mencegah sel pecah akibat tekanan osmotik pada lingkungan yang memiliki konsentrasi lebih rendah daripada isi sel.
Prokariotik umumnya memiliki satu molekul DNA dengan struktur lingkar yang terkonsentrasi pada nukleoid. Selain itu, prokariotik sering kali juga memiliki bahan genetik tambahan yang disebut plasmid yang juga berstruktur DNA lingkar. Pada umumnya, plasmid tidak dibutuhkan oleh sel untuk pertumbuhan meskipun sering kali plasmid membawa gen tertentu yang memberikan keuntungan tambahan pada keadaan tertentu, misalnya resistansi terhadap antibiotik. Prokariotik juga memiliki sejumlah protein struktural yang disebut sitoskeleton, yang pada mulanya dianggap hanya ada pada eukariotik. Protein skeleton tersebut meregulasi pembelahan sel dan berperan menentukan bentuk sel.

Sel Eukariotik
Gambaran sel tumbuhan.
Gambar sel hewan.

Tidak seperti prokariotik, sel eukariotik (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya' dan karyon) memiliki nukleus. Diameter sel eukariotik biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara nukleus dan membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium semicair yang disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-organel dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki prokariotik. Organel satu dengan yang lain dibatasi oleh satu lapis membran, namun ada pula yang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus. Selain nukleus, sejumlah organel lain dimiliki hampir semua sel eukariotik, yaitu (1) mitokondria, tempat sebagian besar metabolisme energi sel terjadi; (2) retikulum endoplasma, suatu jaringan membran tempat sintesis glikoprotein dan lipid; (3) badan Golgi, yang mengarahkan hasil sintesis sel ke tempat tujuannya; serta (4) peroksisom, tempat perombakan asam lemak dan asam amino. Lisosom, yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan oleh sel, ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas, tempat terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu daun tumbuhan dan sejumlah organisme uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah eukariotik uniseluler memiliki satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat menyimpan nutrien dan limbah serta tempat terjadinya sejumlah reaksi penguraian.
Jaringan protein serat sitoskeleton mempertahankan bentuk sel dan mengendalikan pergerakan struktur di dalam sel eukariotik. Sentriol, yang hanya ditemukan pada sel hewan di dekat nukleus, juga terbuat dari sitoskeleton. Dinding sel yang kaku terbuat dari selulosa mengelilingi sel tumbuhan dan membuatnya kuat. Fungi juga memiliki dinding sel, namun komposisinya berbeda dari dinding sel bakteri maupun tumbuhan. Di antara dinding sel tumbuhan yang bersebelahan terdapat saluran yang disebut plasmodesmata.

Membran Sel

Membran sel terdiri dari lapisan ganda fosfolipid dan berbagai protein. Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang cukup untuk melayani seluruh volume sel. Membran sel juga berperan dalam sintesis ATP, pensinyalan sel, dan adhesi sel. Membran sel berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari molekul lipid dan protein. Membran sel bersifat dinamik dan kebanyakan molekulnya dapat bergerak di sepanjang bidang membran. Molekul lipid membran tersusun dalam dua lapis dengan tebal sekitar 5 nm yang menjadi penghalang bagi kebanyakan molekul hidrofilik. Molekul-molekul protein yang menembus lapisan ganda lipid tersebut berperan dalam hampir semua fungsi lain membran, misalnya mengangkut molekul tertentu melewati membran. Ada pula protein yang menjadi pengait struktural ke sel lain, atau menjadi reseptor yang mendeteksi dan menyalurkan sinyal kimiawi dalam lingkungan sel. Diperkirakan bahwa sekitar 30% protein yang dapat disintesis sel hewan merupakan protein membran.
Nukleus (Inti Sel)
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariotik (sebagian lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-rata 5 µm, organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel eukariotik. Sebagian besar sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak nukleus, contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel darah merah matang yang kehilangan nukleusnya saat berkembang.
Selubung nukleus melingkupi nukleus dan memisahkan isinya (yang disebut nukleoplasma) dari sitoplasma. Selubung ini terdiri dari dua membran yang masing-masing merupakan lapisan ganda lipid dengan protein terkait. Membran luar dan dalam selubung nukleus dipisahkan oleh ruangan sekitar 20–40 nm. Selubung nukleus memiliki sejumlah pori yang berdiameter sekitar 100 nm dan pada bibir setiap pori, kedua membran selubung nukleus menyatu.
Di dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi kromatin. Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang berbentuk benang akan menggulung, menjadi cukup tebal untuk dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur terpisah yang disebut kromosom. Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak membelah ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen ribosom disintesis dan dirakit. Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan melalui pori nukleus ke sitoplasma, tempat semuanya bergabung menjadi ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu nukleolus, bergantung pada spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut. Nukleus mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara mengirim molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan "pesan" gen pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada ribosom, tempat pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein yang disintesis.

Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati manusia yang memiliki beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul RNA. Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota, namun keduanya sangat mirip dalam hal struktur dan fungsi. Keduanya terdiri dari satu subunit besar dan satu subunit kecil yang bergabung membentuk ribosom lengkap dengan massa beberapa juta dalton. Pada eukariotik, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat pada bagian luar retikulum endoplasma. Sebagian besar protein yang diproduksi ribosom bebas akan berfungsi di dalam sitosol, sementara ribosom terikat umumnya membuat protein yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam membran, untuk dibungkus di dalam organel tertentu seperti lisosom, atau untuk dikirim ke luar sel. Ribosom bebas dan terikat memiliki struktur identik dan dapat saling bertukar tempat. Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif masing-masing ribosom begitu metabolismenya berubah.

Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang terdiri dari jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling terhubung. Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis protein dengan tempat tujuan tertentu, seperti organel tertentu atau membran, akan menempel pada retikulum endoplasma kasar. Protein yang terbentuk akan terdorong ke bagian dalam retikulum endoplasma yang disebut lumen. Di dalam lumen, protein tersebut mengalami pelipatan dan dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat untuk membentuk glikoprotein. Protein tersebut lalu dipindahkan ke bagian lain sel di dalam vesikel kecil yang menyembul keluar dari retikulum endoplasma, dan bergabung dengan organel yang berperan lebih lanjut dalam modifikasi dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke badan Golgi, yang akan mengemas dan memilahnya untuk diantarkan ke tujuan akhirnya.
Retikulum endoplasma halus berfungsi dalam sintesis lipid komponen membran sel. Dalam jenis sel tertentu, misalnya sel hati, membran retikulum endoplasma halus mengandung enzim yang mengubah obat-obatan, racun, dan produk sampingan beracun dari metabolisme sel menjadi senyawa-senyawa yang kurang beracun atau lebih mudah dikeluarkan tubuh.

Badan Golgi
Badan Golgi (dinamai menurut nama penemunya, Camillo Golgi) tersusun atas setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna. Biasanya terdapat tiga sampai delapan sisterna, tetapi ada sejumlah organisme yang memiliki badan Golgi dengan puluhan sisterna. Jumlah dan ukuran badan Golgi bergantung pada jenis sel dan aktivitas metabolismenya. Sel yang aktif melakukan sekresi protein dapat memiliki ratusan badan Golgi. Organel ini biasanya terletak di antara retikulum endoplasma dan membran plasma. Sisi badan Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis, sementara sisi yang menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi cis, protein dimasukkan ke dalam lumen sisterna. Di dalam lumen, protein tersebut dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat, ditandai dengan penanda kimiawi, dan dipilah-pilah agar nantinya dapat dikirim ke tujuannya masing-masing.
Badan Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke luar sel, ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada pula yang ditempatkan di dalam lisosom. Protein yang disekresikan dari sel diangkut ke membran plasma di dalam vesikel sekresi, yang melepaskan isinya dengan cara bergabung dengan membran plasma dalam proses eksositosis. Proses sebaliknya, endositosis, dapat terjadi bila membran plasma mencekung ke dalam sel dan membentuk vesikel endositosis yang dibawa ke badan Golgi atau tempat lain, misalnya lisosom.

Lisosom
Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30 jenis enzim hidrolitik untuk menguraikan berbagai molekul kompleks. Sel menggunakan kembali subunit molekul yang sudah diuraikan lisosom itu. Bergantung pada zat yang diuraikannya, lisosom dapat memiliki berbagai ukuran dan bentuk. Organel ini dibentuk sebagai vesikel yang melepaskan diri dari badan Golgi. Lisosom menguraikan molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui endositosis ketika suatu vesikel endositosis bergabung dengan lisosom. Dalam proses yang disebut autofagi, lisosom mencerna organel yang tidak berfungsi dengan benar. Lisosom juga berperan dalam fagositosis, proses yang dilakukan sejumlah jenis sel untuk menelan bakteri atau fragmen sel lain untuk diuraikan. Contoh sel yang melakukan fagositosis ialah sejenis sel darah putih yang disebut fagosit, yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.

Vakuola
Kebanyakan fungsi lisosom sel hewan dilakukan oleh vakuola pada sel tumbuhan. Membran vakuola, yang merupakan bagian dari sistem endomembran, disebut tonoplas. Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti 'kosong' dan dinamai demikian karena organel ini tidak memiliki struktur internal. Umumnya vakuola lebih besar daripada vesikel, dan kadang kala terbentuk dari gabungan banyak vesikel. Sel tumbuhan muda berukuran kecil dan mengandung banyak vakuola kecil yang kemudian bergabung membentuk suatu vakuola sentral seiring dengan penambahan air ke dalamnya. Ukuran sel tumbuhan diperbesar dengan menambahkan air ke dalam vakuola sentral tersebut. Vakuola sentral juga mengandung cadangan makanan, garam-garam, pigmen, dan limbah metabolisme. Zat yang beracun bagi herbivora dapat pula disimpan dalam vakuola sebagai mekanisme pertahanan. Vakuola juga berperan penting dalam mempertahankan tekanan turgor tumbuhan.
Vakuola memiliki banyak fungsi lain dan juga dapat ditemukan pada sel hewan dan protista uniseluler. Kebanyakan protozoa memiliki vakuola makanan, yang bergabung dengan lisosom agar makanan di dalamnya dapat dicerna. Beberapa jenis protozoa juga memiliki vakuola kontraktil, yang mengeluarkan kelebihan air dari sel.

Mitokondria

Gambar mitokondria.

Sebagian besar sel eukariota mengandung banyak mitokondria, yang menempati sampai 25 persen volume sitoplasma. Organel ini termasuk organel yang besar, secara umum hanya lebih kecil dari nukleus, vakuola, dan kloroplas. Nama mitokondria berasal dari penampakannya yang seperti benang (bahasa Yunani mitos, 'benang') di bawah mikroskop cahaya. Organel ini memiliki dua macam membran, yaitu membran luar dan membran dalam, yang dipisahkan oleh ruang antar membran. Luas permukaan membran dalam lebih besar daripada membran luar karena memiliki lipatan-lipatan, atau krista, yang menyembul ke dalam matriks, atau ruang dalam mitokondria.
Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu proses kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak merupakan contoh molekul makanan berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di dalam mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang dilepas dalam proses itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP. Mitokondria-lah yang menghasilkan sebagian besar ATP sel. Energi kimiawi ATP nantinya dapat digunakan untuk menjalankan berbagai reaksi kimia dalam sel. Sebagian besar tahap pemecahan molekul makanan dan pembuatan ATP tersebut dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam krista dan matriks mitokondria.
Mitokondria memperbanyak diri secara independen dari keseluruhan bagian sel lain. Organel ini memiliki DNA sendiri yang menyandikan sejumlah protein mitokondria, yang dibuat pada ribosomnya sendiri yang serupa dengan ribosom prokariota.

Kloroplas

Gambar kloroplas.

Kloroplas merupakan salah satu jenis organel yang terdapat pada sel tumbuhan dan alga. Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap energi cahaya untuk fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimiawi yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan senyawa organik lain. Satu sel alga uniseluler dapat memiliki satu kloroplas saja, sementara satu sel daun dapat memiliki 20 sampai 100 kloroplas. Organel ini cenderung lebih besar daripada mitokondria, dengan panjang 5–10 µm atau lebih. Kloroplas biasanya berbentuk seperti cakram dan, seperti mitokondria, memiliki membran luar dan membran dalam yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Membran dalam kloroplas menyelimuti stroma, yang memuat berbagai enzim yang bertanggung jawab membentuk karbohidrat dari karbon dioksida dan air dalam fotosintesis. Suatu sistem membran dalam yang kedua di dalam stroma terdiri dari kantong-kantong pipih disebut tilakoid yang saling berhubungan. Tilakoid-tilakoid membentuk suatu tumpukan yang disebut granum (jamak, grana).
Klorofil terdapat pada membran tilakoid, yang berperan serupa dengan membran dalam mitokondria, yaitu terlibat dalam pembentukan ATP. Sebagian ATP yang terbentuk ini digunakan oleh enzim di stroma untuk mengubah karbon dioksida menjadi senyawa antara berkarbon tiga yang kemudian dikeluarkan ke sitoplasma dan diubah menjadi karbohidrat.
Sama seperti mitokondria, kloroplas juga memiliki DNA dan ribosomnya sendiri serta tumbuh dan memperbanyak dirinya sendiri.[44] Kedua organel ini juga dapat berpindah-pindah tempat di dalam sel.

Peroksisom
Peroksisom berukuran mirip dengan lisosom dan dapat ditemukan dalam semua sel eukariota. Organel ini dinamai demikian karena biasanya mengandung satu atau lebih enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida merupakan bahan kimia beracun, namun di dalam peroksisom senyawa ini digunakan untuk reaksi oksidasi lain atau diuraikan menjadi air dan oksigen. Salah satu tugas peroksisom adalah mengoksidasi asam lemak panjang menjadi lebih pendek yang kemudian dibawa ke mitokondria untuk oksidasi sempurna. Peroksisom pada sel hati dan ginjal juga mendetoksifikasi berbagai molekul beracun yang memasuki darah, misalnya alkohol. Sementara itu, peroksisom pada biji tumbuhan berperan penting mengubah cadangan lemak biji menjadi karbohidrat yang digunakan dalam tahap perkecambahan.



Sitoskeleton
Sitoskeleton sel eukariotik; mikrotubulus diwarnai hijau, sementara mikrofilamen diwarnai merah. Sitoskeleton eukariotik terdiri dari tiga jenis serat protein, yaitu mikrotubulus, filamen intermediat, dan mikrofilamen. Protein sitoskeleton yang serupa dan berfungsi sama dengan sitoskeleton eukariota ditemukan pula pada prokariota. Mikrotubulus berupa silinder berongga yang memberi bentuk sel, menuntun gerakan organel, dan membantu pergerakan kromosom pada saat pembelahan sel. Silia dan flagela eukariota, yang merupakan alat bantu pergerakan, juga berisi mikrotubulus. Filamen intermediat mendukung bentuk sel dan membuat organel tetap berada di tempatnya. Sementara itu, mikrofilamen, yang berupa batang tipis dari protein aktin, berfungsi antara lain dalam kontraksi otot pada hewan, pembentukan pseudopodia untuk pergerakan sel ameba, dan aliran bahan di dalam sitoplasma sel tumbuhan.
Sejumlah protein motor menggerakkan berbagai organel di sepanjang sitoskeleton eukariota. Secara umum, protein motor dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu kinesin, dinein, dan miosin. Kinesin dan dinein bergerak pada mikrotubulus, sementara miosin bergerak pada mikrofilamen.

Komponen ekstraseluler
Sel-sel hewan dan tumbuhan disatukan sebagai jaringan terutama oleh matriks ekstraseluler, yaitu jejaring kompleks molekul yang disekresikan sel dan berfungsi utama membentuk kerangka pendukung. Terutama pada hewan, sel-sel pada kebanyakan jaringan terikat langsung satu sama lain melalui sambungan sel.

Matriks ekstraseluler hewan
Matriks ekstraseluler sel hewan berbahan penyusun utama glikoprotein (protein yang berikatan dengan karbohidrat pendek), dan yang paling melimpah ialah kolagen yang membentuk serat kuat di bagian luar sel. Serat kolagen ini tertanam dalam jalinan tenunan yang terbuat dari proteoglikan, yang merupakan glikoprotein kelas lain Variasi jenis dan susunan molekul matriks ekstraseluler menimbulkan berbagai bentuk, misalnya keras seperti permukaan tulang dan gigi, transparan seperti kornea mata, atau berbentuk seperti tali kuat pada otot. Matriks ekstraseluler tidak hanya menyatukan sel-sel tetapi juga memengaruhi perkembangan, bentuk, dan perilaku sel.

Dinding sel tumbuhan
Dinding sel tumbuhan merupakan matriks ekstraseluler yang menyelubungi tiap sel tumbuhan. Dinding ini tersusun atas serabut selulosa yang tertanam dalam polisakarida lain serta protein dan berukuran jauh lebih tebal daripada membran plasma, yaitu 0,1 µm hingga beberapa mikrometer. Dinding sel melindungi sel tumbuhan, mempertahankan bentuknya, dan mencegah pengisapan air secara berlebihan.

Sambungan antarsel
Sambungan sel (cell junction) dapat ditemukan pada titik-titik pertemuan antarsel atau antara sel dan matriks ekstraseluler. Menurut fungsinya, sambungan sel dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (1) sambungan penyumbat (occluding junction), (2) sambungan jangkar (anchoring junction), dan (3) sambungan pengomunikasi (communicating junction). Sambungan penyumbat menyegel permukaan dua sel menjadi satu sedemikian rupa sehingga molekul kecil sekalipun tidak dapat lewat, contohnya ialah sambungan ketat (tight junction) pada vertebrata. Sementara itu, sambungan jangkar menempelkan sel (dan sitoskeletonnya) ke sel tetangganya atau ke matriks ekstraseluler. Terakhir, sambungan pengomunikasi menyatukan dua sel tetapi memungkinkan sinyal kimiawi atau listrik melintas antarsel tersebut. Plasmodesmata merupakan contoh sambungan pengomunikasi yang hanya ditemukan pada tumbuhan.

Fungsi Metabolisme
Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu melakukan aktivitasnya disebut metabolisme, dan sebagian besar reaksi kimia tersebut terjadi di dalam sel. Metabolisme yang terjadi di dalam sel dapat berupa reaksi katabolik, yaitu perombakan senyawa kimia untuk menghasilkan energi maupun untuk dijadikan bahan pembentukan senyawa lain, dan reaksi anabolik, yaitu reaksi penyusunan komponen sel. Salah satu proses katabolik yang merombak molekul makanan untuk menghasilkan energi di dalam sel ialah respirasi seluler, yang sebagian besar berlangsung di dalam mitokondria eukariota atau sitosol prokariota dan menghasilkan ATP. Sementara itu, contoh proses anabolik ialah sintesis protein yang berlangsung pada ribosom dan membutuhkan ATP.

Komunikasi sel
Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari dan kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler serta mengatur fungsi dan perkembangan tubuh organisme multiseluler. Misalnya, bakteri berkomunikasi satu sama lain dalam proses quorum sensing (pengindraan kuorum) untuk menentukan apakah jumlah mereka sudah cukup sebelum membentuk biofilm, sementara sel-sel dalam embrio hewan berkomunikasi untuk koordinasi proses diferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Komunikasi sel terdiri dari proses transfer sinyal antarsel dalam bentuk molekul (misalnya hormon) atau aktivitas listrik, dan transduksi sinyal di dalam sel target ke molekul yang menghasilkan respons sel. Mekanisme transfer sinyal dapat terjadi dengan kontak antarsel (misalnya melalui sambungan pengomunikasi), penyebaran molekul sinyal ke sel yang berdekatan, penyebaran molekul sinyal ke sel yang jauh melalui saluran (misalnya pembuluh darah), atau perambatan sinyal listrik ke sel yang jauh (misalnya pada jaringan otot polos). Selanjutnya, molekul sinyal menembus membran secara langsung, lewat melalui kanal protein, atau melekat pada reseptor berupa protein transmembran pada permukaan sel target dan memicu transduksi sinyal di dalam sel. Transduksi sinyal ini dapat melibatkan sejumlah zat yang disebut pembawa pesan kedua (second messenger) yang konsentrasinya meningkat setelah pelekatan molekul sinyal pada reseptor dan yang nantinya meregulasi aktivitas protein lain di dalam sel. Selain itu, transduksi sinyal juga dapat dilakukan oleh sejumlah jenis protein yang pada akhirnya dapat memengaruhi metabolisme, fungsi, atau perkembangan sel.

Siklus sel
Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan sel antara pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel. Pada kebanyakan sel, siklus ini terdiri dari empat proses terkoordinasi, yaitu pertumbuhan sel, replikasi DNA, pemisahan DNA yang sudah digandakan ke dua calon sel anakan, serta pembelahan sel. Pada bakteri, proses pemisahan DNA ke calon sel anakan dapat terjadi bersamaan dengan replikasi DNA, dan siklus sel yang berurutan dapat bertumpang tindih. Hal ini tidak terjadi pada eukariota yang siklus selnya terjadi dalam empat fase terpisah sehingga laju pembelahan sel bakteri dapat lebih cepat daripada laju pembelahan sel eukariota. Pada eukariota, tahap pertumbuhan sel umumnya terjadi dua kali, yaitu sebelum replikasi DNA (disebut fase G1, gap 1) dan sebelum pembelahan sel (fase G2). Siklus sel bakteri tidak wajib memiliki fase G1, namun memiliki fase G2 yang disebut periode D. Tahap replikasi DNA pada eukariota disebut fase S (sintesis), atau pada bakteri ekuivalen dengan periode C. Selanjutnya, eukariota memiliki tahap pembelahan nukleus yang disebut fase M (mitosis).
Peralihan antartahap siklus sel dikendalikan oleh suatu perlengkapan pengaturan yang tidak hanya mengoordinasi berbagai kejadian dalam siklus sel, tetapi juga menghubungkan siklus sel dengan sinyal ekstrasel yang mengendalikan perbanyakan sel. Misalnya, sel hewan pada fase G1 dapat berhenti dan tidak beralih ke fase S bila tidak ada faktor pertumbuhan tertentu, melainkan memasuki keadaan yang disebut fase G0 dan tidak mengalami pertumbuhan maupun perbanyakan. Contohnya adalah sel fibroblas yang hanya membelah diri untuk memperbaiki kerusakan tubuh akibat luka. Jika pengaturan siklus sel terganggu, misalnya karena mutasi, risiko pembentukan tumor—yaitu perbanyakan sel yang tidak normal—meningkat dan dapat berpengaruh pada pembentukan kanker.

Diferensiasi sel
Diferensiasi sel menciptakan keberagaman jenis sel yang muncul selama perkembangan suatu organisme multiseluler dari sebuah sel telur yang sudah dibuahi. Misalnya, mamalia yang berasal dari sebuah sel berkembang menjadi suatu organisme dengan ratusan jenis sel berbeda seperti otot, saraf, dan kulit. Sel-sel dalam embrio yang sedang berkembang melakukan pensinyalan sel yang memengaruhi ekspresi gen sel dan menyebabkan diferensiasi tersebut.

Kematian sel terprogram
Sel dalam organisme multiseluler dapat mengalami suatu kematian terprogram yang berguna untuk pengendalian populasi sel dengan cara mengimbangi perbanyakan sel, misalnya untuk mencegah munculnya tumor. Kematian sel juga berguna untuk menghilangkan bagian tubuh yang tidak diperlukan. Contohnya, pada saat pembentukan embrio, jari-jari pada tangan atau kaki manusia pada mulanya saling menyatu, namun kemudian terbentuk berkat kematian sel-sel antarjari. Dengan demikian, waktu dan tempat terjadinya kematian sel, sama seperti pertumbuhan dan pembelahan sel, merupakan proses yang sangat terkendali. Kematian sel semacam itu terjadi dalam proses yang disebut apoptosis yang dimulai ketika suatu faktor penting hilang dari lingkungan sel atau ketika suatu sinyal internal diaktifkan. Gejala awal apoptosis ialah pemadatan nukleus dan fragmentasi DNA yang diikuti oleh penyusutan sel.

Kajian tentang sel
Biologi sel modern berkembang dari integrasi antara sitologi, yaitu kajian tentang struktur sel, dan biokimia, yaitu kajian tentang molekul dan proses kimiawi metabolisme. Mikroskop merupakan peralatan yang paling penting dalam sitologi, sementara pendekatan biokimia yang disebut fraksinasi sel juga telah menjadi sangat penting dalam biologi sel.

Mikroskopi
Silia pada permukaan sel bagian dalam trakea mamalia dilihat dengan SEM (perbesaran 10.000 kali pada berkas aslinya). Mikroskop berperan dalam kajian tentang sel sejak awal penemuannya. Jenis mikroskop yang digunakan para ilmuwan Renaisans dan yang kini masih banyak digunakan di laboratorium ialah mikroskop cahaya. Cahaya tampak dilewatkan menembus spesimen dan kemudian lensa kaca yang merefraksikan cahaya sedemikian rupa sehingga citra spesimen tersebut diperbesar ketika diproyeksikan ke mata pengguna mikroskop. Namun demikian, mikroskop cahaya memiliki batas daya urai, yaitu tidak mampu menguraikan perincian yang lebih halus dari kira-kira 0,2 µm (ukuran bakteri kecil). Pengembangan teknik penggunaan mikroskop cahaya sejak awal abad ke-20 melibatkan usaha untuk meningkatkan kontras, misalnya dengan pewarnaan atau pemberian zat fluoresen. Selanjutnya, biologi sel mengalami kemajuan pesat dengan penemuan mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron sebagai pengganti cahaya tampak dan dapat memiliki resolusi (daya urai) sekitar 2 nm. Terdapat dua jenis dasar mikroskop elektron, yaitu mikroskop elektron transmisi (transmission electron microscope, TEM) dan mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM). TEM terutama digunakan untuk mengkaji struktur internal sel, sementara SEM sangat berguna untuk melihat permukaan spesimen secara rinci.[72]

Fraksinasi sel
Fraksinasi sel ialah teknik untuk memisahkan bagian-bagian sel. Secara umum, teknik ini melibatkan homogenisasi, yaitu pemecahan sel secara halus dengan bantuan blender atau alat ultrasuara, dan sentrifugasi, yaitu pemisahan komponen-komponen sel oleh gaya sentrifugal dalam alat sentrifuge, alat seperti komidi putar untuk tabung reaksi yang dapat berputar pada berbagai kecepatan. Sentrifuge yang paling canggih, yang disebut ultrasentrifuge, dapat berputar secepat 80.000 rotasi per menit (rpm) dan memberikan gaya pada partikel-partikel sampel hingga 500.000 kali gaya gravitasi bumi (500.000 g). Pemutaran homogenat di dalam sentrifuge akan memisahkan bagian-bagian sel ke dalam dua fraksi, yaitu pelet, yang terdiri atas struktur-struktur lebih besar yang terkumpul di bagian bawah tabung sentrifuge, dan supernatan, yang terdiri atas bagian-bagian sel yang lebih kecil yang tersuspensi dalam cairan di atas pelet tersebut. Supernatan ini disentrifugasi kembali dan prosesnya diulangi, dengan kecepatan putaran yang semakin tinggi pada setiap tahap, sehingga komponen sel yang semakin lama semakin kecil terkumpul dalam pelet yang berurutan.

B.  JARINGAN
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan dipelajari dalam cabang biologi yang dinamakan histologi, Sedangkan cabang biologi yang mempelajari berubahnya bentuk dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Jaringan dimiliki oleh organisme yang telah memiliki pembagian tugas untuk setiap kelompok sel-selnya. Organisme bertalus, seperti alga ("ganggang") dan fungi ("jamur"), tidak memiliki perbedaan jaringan, meskipun mereka dapat membentuk struktur-struktur khas mirip organ, seperti tubuh buah dan sporofor. Tumbuhan lumut dapat dikatakan telah memiliki jaringan yang jelas, meskipun ia belum memiliki jaringan pembuluh yang jelas.
1.      Jaringan pada hewan
Ada empat kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan, termasuk manusia dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti artropoda: jaringan epitelium, jaringan pengikat, jaringan penyokong, dan jaringan saraf.

a.    Jaringan Epitel
Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau permukaan saluran tubuh hewan. Berdasarkan bentuk dan susunannya jaringan epitel dibagi menjadi
1. Epitel Pipih
a. Epitel pipih selapis
    Contoh:pada pembuluh darah, alveolus, pembuluh limfe, glomerulus ginjal.
b. Epitel banyak lapis.
   Contoh: pada kulit, rongga mulut, vagina.
2. Epitel Kubus
a.       Epitel kubus selapis
Contoh:pada kelenjar tiroid, permukaan ovarium.
b.      Epitel kubus banyak lapis
Contoh:pada saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.
3. Epitel Silindris
a.       Epitel silindris selapis
      Contoh:pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernafasan bagian atas.
b.      Epitel silindris banyak lapis
      Contoh: pada saluran kelenjar ludah, uretra.
c.       Epitel silindris banyak lapis semu/epitel silindris bersilia
Contoh:pada trakea, rongga hidung.
4. Epitel Transisional
Merupakan bentuk epitel banyak lapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan berdasarkan bentuknya. Bila jaringannya menggelembung bentuknya berubah. Contoh: pada kandung kemih.
b.      Jaringan Pengikat
Jaringan pengikat dapat disebut juga connective tissue. Jaringan Pengikat dapat dibagi ke dalam 3 kategori :
1.      Jaringan Pengikat Sebenarnya
2.      Jaringan Pengikat Penyokong : Kartilago dan Tulang
3.      Jaringan Pengikat dengan Fungsi Khusus : Darah
Berdasarkan tingkat diferensiasi jaringan pengikat dapat dibedakan menjadi jaringan pengikat embrional dan jaringan pengikat dewasa.
Jaringan Pengikat Embrional
Dalam embrio terdapat dua jenis jaringan embrional yaitu jaringan mesenkhim dan jaringan mukosa. Jaringan mesenkhim semula terdapat sebagai jaringan pengisi antara lapisan entoderm dan ektoderm dalam embrio. Jaringan inilah yang banyak berkembang menjadi jaringan dasar dewasa khususnya menjadi jaringan pengikat. Gambaran histologisnya sangat khas, karena sebagian besar tersusun secara longgar sel-sel yang mempunyai tonjolan sitoplasma yang saling berhubungan. Dalam keadaan hidup celah-celah antara sel diisi oleh mukopolisakharid. Kadang-kadang di antara sel-sel tersebut sudah tampak fibril halus. Jaringan mukosa juga merupakan jaringan embrional hanya terdapat dalam tali pusat, humor vitreus dalam bola mata. Bentuk sel yang menyusunnya berbentuk oval stelat dengan inti berbentuk sesuai dengan bentuk selnya. Di antara sel-selnya tampak serabut-serabut kolagen dan terdapat bahan yang lebih cair yang menyerupai lendir. Pada tali pusat bahan tersebut dinamakan Wharton jelly.

Jaringan Pengikat Dewasa
Ada lima jenis jaringan pengikat dewasa yaitu jaringan pengikat longgar, jaringan pengikat padat, jaringan pengikat retikuler, jaringan pengikat berpigmen, dan jaringan lemak.

a. Jaringan pengikat longgar
Strukturnya longgar karena komponen sel-selnya dipisahkan oleh substansi interseluler yang nyata. Jaringan pengikat longgar dengan pembuluh kapilernya trsebar luas di seluruh tubuh biasanya memberikan tempat kedudukan bagi sel-sel epitel di atasnya untuk bertumpu atau di sekitar sel-sel kelenjar, serabut saraf. Jaringan pengikat longgar berfungsi untuk menyokong dan memberikan nutrisi kepada sel-sel otot. Gambaran histologisnya yaitu adanya bermacam-macam sel yang tersebar berjauhan di antara serabut-serabut kolagen dan elastis yang tersusun tidak teratur. Biasanya serabut kolagen berada sebagai berkas-berkas bercabang dan serabut elastis yang lebih tipis tampak lebih kemerah-merahan. Jenis sel yang terdapat di dalam jaringan pengikat longgar yaitu : fibroblas, sel lemak, plasmasit, makrofag, mastosit, sel-sel mesenkhimbelum berdiferensiasi, sel imigran dan sel pigmen.
Fibroblas
Sel ini berbentuk sebagai kumparan dengan bagian yang membesar mengandung inti yang berbentuk ovoid dengan butir-butir khromatin halus dan sebuah nukleolus. Sitoplasma fibroblas mempunyai tonjolan-tonjolan dan tampak pucat.Sel yang masih muda lebih banyak tonjolan-tonjolannya. Sitoplasma sekeliling inti lebih basofil karena sel tersebut sedang aktif mensintesis protein. Fibroblas muda mampu mengadakan pembelahan sel. Fibroblas dewasa sedikit kemampuan untuk membelah. Sel lemak
Apabila kelompok sel-sel lemak menjadi sangat besar maka terbentuk jaringan lemak. Sel lemak sangat mudah dibedakan terhadap jenis sel lain. Sel lemak telah dapat dibedakan sejak mulai terjadi penimbunan tetes-tetes lemak dalam sitoplasma sampai terjadinya penyatuan yang semakin membesar sehingga inti bersama sitoplasma terdorong ke tepi.
Plasmasit
Sel ini sangat erat hubungannya dengan sistem imunitas karena berasal dari perkembangan limfosit B yang akan menghasilkan antibody. Plasmasit mudah dikenal karena penampilannya yang khas yaitu : berbentuk bulat panjang, inti bulat yang terletak eksentrik. Susunan khromatin dalam inti menyerupai gambaran jari-jari roda, sitoplasma bersifat basofil karena aktif mensintesis antibody yang merupakan protein.
Sel Makrofag
Mempunyai kemampuan memangsa (fagositosis) oleh karena itu berperan dalam pertahanan tubuh. Sitoplasmanya mengandung lisosom yang mengandung enzim guna untuk melisiskan bakteri. Bentuk sel biasanya oval tetapi tidak tetap. Inti terletak eksentrik. Makrofag berasal dari monosit dalam darah. Apabila benda yang akan difagositosis cukup besar maka beberapa sel makrofag berfusi membentuk sel raksasa atau sel benda asing.
Mastosit (Mast Cell)
Dinamakan mast cell karena terlihat sebagai sebuah sel yang besar yang terisi penuh dengan butir-butir. Bentuk sel biasanya ovoid dengan inti bulat di tengah. Biasanya inti sulit terlihat karena tertutup oleh butir-butir yang memenuhi sel. Butir-butir tersebut mengandung bahan-bahan seperti heparin, histamin dan berbagai enzim yang diketahui berhubungan dengan gejala alergi anafilaksis. Terlepasnya buti-butir yang mengandung berbagai zat aktif tersebut disebabkan oleh adanya alergen dan antibody dari kelas IgE yang menempel pada permukaan sel. Gejala yang timbul akibat terlepasnya butir-butir ini antara lain gatal-gatal, udem, sesak nafas.
Sel mesenkhim muda
Dalam jaringan pengikat longgar biasanya dapat diketemukan sel-sel mesenkhim yang belum mengalami diferensiasi.
Sel imigran
Yang dimaksud dengan sel imigran yaitu berbagai jenis sel yang biasanya tidak dijumpai dalam jaringan pengikat longgar tetapi merupakan pendatang dari luar misalnya leukosit, limfosit, monosit.
b. Jaringan Pengikat Padat
Tergantung pada keteraturan komponen serabut penyusunnya, jaringan pengikat padat dibedakan da        lam : jaringan pengikat padat ireguler dan jaringan pengikat padat reguler.
Jaringan Pengikat Padat Ireguler
Berfungsi sebagai pembungkus berbagai organ, tendo, serabut saraf, otot dan sebagai dermis pada kulit. Gambaran jaringan ini menunjukkan lalu lalangnya serabut kolagen dari berbagai ukuran dengan sel-sel yang tidak begitu banyak jumlahnya.
Jaringan Pengikat Padat Reguler
Gambarannya sangat berbeda karena komponen fibriler berjalan dalam arah yang sama sesuai dengan kebutuhan mekanik yang diperlukan. Tergantung pada serabut yang paling menonjol dibedakan menjadi : jaringan pengikat padat kolagen reguler dan jaringan pengikat padat elastis.
1. Jaringan Pengikat Padat Kolagen Reguler
Sebagian besar serabut-serabutnya dari jenis kolagen misalnya terdapat sebagai tendo, ligamentum, fascia, aponeurosis dan cornea. Pada tendo terlihat jelas kolagen tersusun memanjang padat. Di antara berkas-berkas serabut kolagen terdapat fibroblas yang seakan-akan terhimpit. Badan sel menjadi lebih panjang dengan tonjolan-tonjolan yang melebar di antara berkas kolagen. Karena tonjolan-tonjolannya seperti sayap maka disebut Flugel Zell (sel sayap).
2. Jaringan Pengikat Padat Elastis
Jaringan pengikat ini misalnya terdapat sebagai : ligamentum flavum, ligamentum vocale, ligamentum nuchae dan ligamentum stylohyoideum. Pada potongan memanjang tampak berkas-berkas serabut elastis tersusun sangat rapat dengan sel-sel fibroblas tersebar di antaranya. Pada potongan melintang jelas sekali adanya sel-sel fibroblas yang terhimpit di antara berkas-berkas serabut elastis yang berbentuk bulat atau bersudut-sudut. Jaringan padat elastis dapat juga berbentuk sebagai lembaran misalnya fascia scarpae pada dinding perut atau sebagai membrana fenestra pada dinding aorta.
c. Jaringan Retikuler
Sebagian besar jaringan ini tersusun oleh serabut retikuler. Biasanya terdapat sel retikuler primitif atau sel makrofag. Serabut bersama sel-selnya membentuk kerangka atau stroma dalam jaringan limfoid dan jaringan mieloid (sumsum tulang).
d. Jaringan Pengikat Pigmen
Termasuk jaringan pengikat khusus yang tidak banyak terdapat dalam tubuh, di antaranya terdapat sebagai Tunica suprachoroidea dan Lamina fusca pada sclera bola mata.


e. Jaringan Lemak
Fungsinya sebagai pelindung terhadap gangguan suhu dan mekanik, serta mempunyai arti penting dalam metabolisme.
1. jaringan lemak putih
Merupakan jaringan lemak yang biasa terdapat. Biasanya berbentuk bulat dan tersusun sangat rapat. Jaringan lemak jenis ini banyak terdapat sebagai jaringan di bawah kulit. Kelompok sel-sel lemak tersebut biasanya membentuk lobulus yang dipisahkan oleh jaringan pengikat padat. Sel-sel lemak yang menyusun biasanya mempunyai sebuah rongga yang besar yang diisi oleh lemak sehingga disebut sel lemak unilokuler, inti sel terdesak ke tepi.
2. jaringan lemak cokelat
Warna jaringan lemak ini mulai cokelat sampai kemerah-merahan. Warna cokelat disebabkan oleh kepadatan sitokhrom dan juga karena banyak mengandung pembuluh darah. Jaringannya tersusun oleh sel-sel lemak yang lebih kecil ukurannya dari sel lemak pada jaringan lemak putih. Sel lemak berbentuk poligonal. Sitoplasmanya lebih jelas terlihat dengan sejumlah tetes-tetes lemak yang menempati dalam rongga yang jumlahnya lebih dari sebuah sehingga disebut sel lemak multilokuler, inti yang bulat terletak eksentrik. Kalau jaringan lemak putih atau kuning dapat berasal dari jaringan pengikat longgar yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang hidupnya, maka jaringan lemak cokelat terbatas pada tempat-tempat tertentu dan terbentuk pada waktu embrio saja. Sehingga jaringan lemak cokelat tidak akan bertambah setelah lahir.

c.       Jaringan Penyokong
Jaringan yang termasuk jaringan penyokong adalah jaringan tulang dan jaringan tulang rawan/kartilago, jaringan darah dan limfe.
1)      Jaringan Tulang
Merupakan jaringan penyokong yang menegakkan tubuh. Sel sel nya disebut osteosit yang berada dalam lakuna. Matriks mengalami pengapuran/kalsifikasi yang mengandung Ca-karbonat & Ca-fosfat; sehingga keras dan kuat. Proses penulangan disebut ossifikasi. Meliputi jaringan tulang kompak dan spons.
2)      Jaringan tulang rawan/kartilago
Termasuk jaringan penyokong. Selnya disebut kondrosit, berada dalam lakuna. Matrik elastis dan padat oleh sel sel rawan di dalam rongga matriks. Pada anak berasal dari jaringan ikat embrional/mesenkim dan orang dewasa dibentuk dari selaput rawan/perikondrium. Dibedakan menjadi kartilago hialin (trachea, permukaan tulang sendi), fibrosa (cakram antar ruas tulang belakang, simfisis pubis) dan elastis (daun telinga, epiglotis, laring, pmbuluh eustachia)
3)      Jaringan darah
jaringan darah terdiri atas komponen eritrosit, leukosit, trombosit, plasma darah. Fungsi jaringan darah yaitu mengangkut sari makanan, hasil metabolisme, imunitas dan pembekuan darah.
4)      Jaringan limfe
jaringan darah terdiri atas komponen limfosit dan granulosit yang berada dalam cairan limfe (terdiri dari air, glukosa, lemak dan garam). Fungsinya untuk mengangkut lemak, protein & cairan jaringan.

d.      Jaringan Syaraf
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf.
 










Gambar Sel saraf (neuron) dengan akson dan dendrit).
Terdapat 3 macam sel saraf
1.
Sel Saraf Sensorik
Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan) ke sumsum tulang belakang.




2.
Sel Saraf Motorik
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke efektor.
3.
Sel Saraf Penghubung
Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas artinya kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls saraf.

C.  ORGAN
Organ adalah jaringan yang bersama-sama melakukan fungsi dan tugas tertentu.
1.      Organ pada tumbuhan, meliputi akar, batang, dan daun.
a.       Akar
Akar berasal dari akar lembaga (radix). Pada tumbuhan dikotil, akar lembaga akan terus tumbuh sehingga mereka dapat membentuk akar tunggang. Ujung akar monokotil dan dikotil dilindungi oleh tudung akar yang fungsinya tentu saja untuk melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah. Akar ini punya lapisan-lapisan, seperti lapisan epidermis, korteks/endodermis, dan silinder pusat (stele korteks/endodermis, dan silinder pusat (stele). Akar juga punya fungsi yaitu sebagai berikut.
•    Untuk memperkokoh tubuh tumbuhan pada tanah.
•    Memiliki fungsi yaitu untuk menyimpan cadangan makanan.
•    Serta dapat Menyerap air dan garam-garam mineral terlarut di dalam tanah.
b.      Batang
Batang juga punya fungsi yaitu sebagai tempat tumbuhnya tunas, cabang, serta daun. Batang itu juag tersusun dari jaringan epidermis, jaringan penyokong, jaringan pengangkut, dan jaringan penyimpan.
c.       Daun
Daun memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis. Daun disusun oleh jaringan epidermis, parenkim, penyokong, dan pengangkut.
•    Jaringan epidermis.
Pada epidermis atas, terdapat lapisan lilin yang fungsinya untuk membatasi penguapan air dari daun. Pada epidermis bawah daun, terdapat stomata (mulut daun) yang fungsinya sebagai tempat masuknya udara yang mengandung gas karbon dioksida dan melepaskan oksigen hasil fotosintesis ke alam.
•    Jaringan penyokong
Merupakan penyusun dari bagian luar tulang daun dan fungsinya untuk memperkuat tegaknya daun.
•    Jaringan pengangkut
Terdapat pada tulang daun, yang terdiri atas jaringan pembuluh kayu (xylem) dan jaringan pembuluh tapis (floem).
2.      Organ pada hewan dan manusia
Organ pada hewan dan manusia, antara lain mata, yang fungsinya untuk melihat, telinga untuk mendengar, jantung fungsinya sebagai pemompa darah, paru-paru untuk bernapas, lambung untuk mencerna makanan, ginjal untuk mengeluarkan urine (air seni), dan indung telur untuk menghasilkan sel telur. Organ merupakan bagian tubuh yang memiliki satu atau lebih fungsi tertentu. Penyusun organ adalah beberapa jenis jaringan yang terorganisir dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Contoh usus halus berfungsi mencerna dan menyerap sari sari makanan. Struktur usus halus terdiri dari jaringan epitel, jaringan ikat dan jaringan saraf.

D.    SISTEM ORGAN
Sistem organ ialah sekumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi dan tugas tertentu.berikut ini adalah sistem yang ada pada manusia
1.      Sistem hormone, organ penyusunya terdiri dari kelenjer penghasil hormon dan memiliki fungsi untuk mengatur fungsi organ
2.      Sistem saraf organ penyusunya otak, sumsum tulang belakang, serabut saraf, dan alat indra. Memiliki fungsi untuk mengkoordinasi gerak dan tanggapan terhadap rangsang
3.      Sistem reproduksi organ penyusunya testis, ovarium, dan rahim. Memiliki fungsi untuk berkembang biak
4.      Sistem pengeluaran organ penyusunya ginjal, hati, kulit, dan paru-paru dan memiliki fungsi untuk mengeluarkan zat-zat sisa
5.      Sistem otot organ penyusunya serabut dan tendon dan memiliki fungsi sebagai alat gerak aktif
6.      Sistem rangka organ penyusunya tengkorak, alat gerak, memiliki fungsi sebagai alat gerak pasif.
7.      Sistem peredaran darah organ penyusunya seperti jantung, pembuluh nadi, vena, dan aorta. Memiliki fungsi untuk mengangkut sari-sari makanan,oksigen, dan CO2
8.      Sistem pernapasan organ penyusunya seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru  dan memiliki fungsi memasukan oksigen ke tubuh serta mengeluarkan gas CO2 dan uap air
9.      Sistem pencernaan organ penyusunya seperti mulut, lambung, dan usus halus. Memiliki fungsi untuk mencerna makanan.

Sistem Organ Pada Tumbuhan
1.      Daun membentuk sistem fotosintesis yang meyediakan makanan bagi tumbuhan untuk tumbuh.
2.      Batang tersusun atas sistem pembuluh angkut. Transpor air, zat hara dan hasil fotosintesisi melalui batang.
3.      Akar merupakan sistem penyerapan bagi tumbuhan. Akar menyerap zat-zat hara dan air dari dalam tanah
Jaringan pada daun memiliki fungsi yang berbeda. Jaringan epidermis daun memiliki stomata berfungsi sebagai tempat masuknya CO2. Jaringan palisade berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Jaringan bunga karang yang berongga berfungsi sebagai tempat penampungan CO2 untuk fotosintesis. Air dan zat-zat hara yang sangat penting untuk fotosintesis dibawa melaui Xilem yang berasal dari akar, batang & tulang daun. Selanjutnya hasil fotosintesis diedarkan keseluruh tubuh tumbuhan melalui floem.



E.  ORGANISME
Dalam biologi dan ekologi, organisme (bahasa Yunani: organon yang berarti alat) adalah kumpulan molekul-molekul yang saling memengaruhi sedemikian sehingga berfungsi secara stabil dan memiliki sifat hidup. Istilah organisme kompleks mengacu pada organisme yang memiliki lebih dari satu sel. nama lainya yag sering disebut selain organisme adalah makhluk hidup Organisme terdiri dari manusia ,tumbuhan, hewan, serta mikro organisme. Ciri-ciri yang umum didapati pada banyak organisme adalah Memerlukan nutrisi, Bernafas, Bergerak, Tumbuh, Berkembang biak, Peka terhadap rangsang, dan Beradaptasi. Virus tidak digolongkan sebagai organisme secara umum sebab virus tidak dapat berkembang biak maupun melakukan metabolisme secara independen. Meskipun memiliki enzim dan molekul-molekul yang menjadi ciri organisme hidup, virus tidak mampu bertahan hidup di luar sel inangnya, dan sebagian besar proses metabolisme virus membutuhkan inang beserta perlengkapan genetikanya.