Tuesday 9 April 2013
Monday 8 April 2013
Sunday 7 April 2013
Cerpen "Kenapa Ayah Tak Mau Bicara"
Kenapa Ayah Tak Mau
Bicara
Oleh
: Wahyu Ari Wibowo
Pagi
yang cerah dan sejuk diwarnai indahnya birunya langit, menambah kebahagiaan yang
dirasakan Sheilla. Seorang gadis belia yang sekarang masih duduk di bangku kelas
dua SMP. Kebahagiaan ini dirasakan setelah gadis ini ditembak oleh cowok yang
ia idam-idamkan. Cowok itu bernama Raymon, ia sedang duduk di kelas tiga SMP
satu sekolahnya. Kebahagiaan ini sangat berarti untuk Sheilla, akan tetapi
kebahagiaanya tidak pernah lengkap karena sejak dua tahun lalu ibunya tiba-tiba
pergi meninggalkannya yang sampai sekarang masih membuat Sheilla penasaran dan
kini dia hanya tinggal dengan ayahnya.
Awal
mula Sheilla merasakan perasaan yang membuatnya bahagia, yaitu sejak pertemuannya dengan Raymon pada saat
mereka mengikuti kegiatan Pencinta Alam bersama.
“Wah ganteng banget cowok itu, dia
siapa sih Rin ?” tanya Sheilla kepada temanya Rina
“Mau
tau banget..atau mau tau aja?? Hehehe..bercanda. Oh
dia.., dia itu anak
kelas tiga dan sekaligus pembimbing kita,
namanya Raymon. Emangnya kenapa ?.
Hayoooo… Jangan-jangan kamu naksir ya???” jawab Rina
“Dasar
anak alay… Ah...enggak, cuma nanya aja kok...,” sahut Sheilla sambil
sesekali menatap cowok idamannya itu.
Raymon yang mulai tersadar bahwa
dari tadi ada yang mengawasinya,
mulai berdiri dan berjalan kearah Sheilla dan Rina. Sambil menampakkan
senyumnya yang menawan.
“Hey... Cewek-cewek cantik,
gue lihat-lihat
dari tadi kalian pada
ngelihatin gue terus, emangnya ada yang salah ya...?” tanya Raymon kepada
Sheilla dan Rina yang langsung
menundukkan kepalanya.
“Ow...e..enggak kok, enggak papa.
Maaf..., bikin kamu gak nyaman ya” jawab Sheilla yang mukanya mulai memerah.
“Maaf
buat apa? Santai aja kali. Enggak papa koq, stw. Eh... tunggu
dulu gue kayaknya belum pernah lihat lho
dech. Lho anggota baru ya?” sahut Raymon dengan gagah.
“Iya... saya anggota baru dari
Pecinta Alam ini, baru ikut kegiatan juga hari ini, maklum kemaren masih mudik ke tempat kakek.”
jawab Sheilla yang sudah mulai bisa mengontrol dirinya.
“Oh iya, boleh kenalan gak? Yahhhh… biar enak gitu ngomongnya.
Kenalin gue Raymon anak kelas
tiga dan sekaligus pembimbing kalian
anak-anak baru.” ucap Raymon sambil mengangkat tangan
kanannya.
“Kenalin
juga saya Sheilla, anak kelas dua.” jawab Sheilla sambil
berjabat tangan.
Tanpa perlu waktu lama mereka menjadi akrab dan saling mengenal dan Raymon pun
langsung berdiri dan mengajak Sheilla jalan-jalan sambil ngobrol. Sheilla pun
terlarut dalam suasana, hingga dia lupa bahwa ayahnya sudah menantinya sendiri
dirumah.
“Aduhhh..
Ray...
kayaknya sudah terlalu sore, aku pulang dulu ya, takutnya aku dicari sama
ayahku, karena aku tidak boleh pulang malam-malam.”
ucap Sheilla pada Raymon.
“Betul juga katamu, kita terlalu asik
bicara jadi sampai lupa waktu dehh... Mau gue anter Shell?”
tanya Raymon.
“Nggak usah Ray, aku berani sendiri
kok, udah biasa. Takutnya nanti
orang-orang disekitarku salah sangka
pas ngelihat kita jalan berdua.” jawab Sheilla yang
mulai cemas.
“Oh.. ya udah, hati-hati dijalan ya...” sahut Raymon
sambil tersenyum.
Sheilla yang mulai cemas, bergegas
untuk pulang. Sambil berlari agar cepat sampai rumahnya, sesekali Sheilla
tersenyum-senyum karena memikirkan pria idamannya itu. Tak lama kemudian sampailah
Sheilla di rumah, dimana
sesampainya dirumah Sheilla sudah
ditunggu oleh ayahnya di depan rumah.
“A..Ayah, sedang apa ayah di sini, hari sudah mulai gelap
ayo masuk kerumah...” ucap Sheilla kepada ayahnya yang ada didepannya.
Ayahnya tak berkata-kata sedikitpun
hanya menatap keatas langit dan terlihat sedih. Sambil melihat anaknya yang
baru pulang, ayah Sheilla mulai beranjak dari tempatnya dan mulai masuk
kerumah. Sheilla pun langsung mandi dan mempersiapkan makan malam untuk
ayahnya. Mereka pun akhirnya terlarut
dalam kebersamaan makan malam yang indah milik merekan. Akan tetapi lagi-lagi Sheilla mulai
terheran-heran kepada ayahnya yang selalu melamun sendiri. Disinilah mulai
muncul rasa penasaran Sheilla kepada ayahnya.
“Kenapa tidak dimakan makanannya? Tidak
enak ya maasakannya? Maaf
ya yah…, aku tidak bisa memasak yang enak seperti masakan ibu,
tapi aku sudah berusaha semampuku.”
ucap Sheilla kepada ayahnya yang masih diam.
Ayahnya tetap diam dan tidak
menjawab pertanyaan dari Sheilla.
“Ya sudahlah, aku masuk kekamar
dulu ya yah... Mau belajar dulu,
besok ada ulangan, Ayah jangan
lupa makan yang banyak ya…” pamit Sheilla kepada
ayahnya.
Ayah
Sheilla pun juga ikut beranjak kekamarnya
tanpa memakan makanan yang sudah dimasak anaknya
dan sambil tiduran serta tetap melamunkan sesuatu yang seakan ada suatu rahasia
yang menimbulkan tanda tanya besar.
Sang
surya pun menampakkan cahayanya, suara burung berkicau pun mulai terdengar dengan merdunya. Kesibukan
sudah mulai terdengar di rumah Sheilla,
dimana Sheilla sedang mempersiapkan sarapan untuk ayahnya dan bersiap untuk
berangkat ke sekolah. Setelah persiapan selesai Sheilla langsung berangkat
menuju sekolahnya. Di perjalanannya tak sengaja dia bertemu dengan Raymon,
pangeran impiannya itu.
“Shell...
“ panggil Raymon.
“(Hah Raymon ?)” pikir Sheilla
sambil menoleh.
“Oh kamu, kok tumben kamu lewat
sini... emangnya rumah kamu
dimana?” tanya Sheilla
sambil mendekati Raymon.
“Hehehe... ya pingin aja... rumah aku cuma seberang blok
sana kok. Eh kok kamu
berangkat sendirian, emangnya gak ada yang nganter” ucap Raymon.
“Emmm...setiap hari aku berangkat sendirian, lagi pula
aku juga tidak memiliki kendaraan. Jadinya
aku jalan kaki,
itung-itung buat olahragalah
kan bagus juga buat kesehatan. Apalagi setiap hari ditemani pancaran sang surya
yang menawan, segarnya udara pagi yang seakan menemaniku melangkah dan merdunya kicauan
burung yang semakin menambah semangat untuk beraktivitas, hehehe..” balas Sheilla dengan
wajahnya yang ceria.
“Wahhh
puitis banget kamu, mau jadi artis ya buk.. hehheh. Tapi setuju
banget gue, emm... low begitu lho bareng gue aja, gimana?” tanya Raymon sambil
tersenyum.
Sambil berpikir sejenak akhirnya
Sheilla mau menerima tawaran Raymon. Mereka pun berangkat bersama menggunakan
motor yang dikendarai Raymon. Sesampainya disekolah Sheilla langsung cepat-cepat
menuju kelasnya karena ulangan akan segera dimulai.
“Ray makasih banget ya sudah kasih aku tumpangan, tapi
aku duluan ya, karena jam pertama aku ada ulangan” ucap Sheilla yang sedang
terburu-buru.
“Oh ya... sama-sama” jawab Raymon
sambil menaruh helmnya.
Sheilla pun langsung berlari menuju
kelasnya. Beberapa jam kemudian terdengarlah bel istirahat, tapi Sheilla juga
tak kunjung keluar ruangan dan memilih duduk didalam kelas. Dia hanya duduk dan
masih memikirkan ayahnya yang setiap hari sering melamun.
“Heyy... hayooo nglamunin sapa nih? Coba
aku tebak, pasti lagi nglamunin Raymon ya...
cie…cie… yang lagi kasmaran ketemu pangerannya”
goda Rina pada Sheilla.
“Ah... apaan sih kamu, nggak kok. Bukan itu.” jawab Sheilla.
“Ahhh…
Jangan
bohong dech... pasti lagi nglamunin Raymon kan, jangan bohong. Kelihatan tuh dari
muka kamu” goda Rina lagi.
“Dibilangin enggak kok, bukan dia. Aku
cuma lagi mikirin ayahku saja kok” jawab Sheilla.
“Ohh... emangnya ayah kamu kenapa,
ada masalah ya?”
tanya Rina.
“Oh.. nggak papa kok, cuman keinget sesuatu aja gitu.”
jawab Sheilla yang mulai salah tingkah.
Tak lama kemudian tiba waktu pulang
sekolah, Sheilla pun mulai keluar dari ruangannya. Sesampainnya di pintu
gerbang sekolah Sheilla pun tak menyangka kalau dia sudah ditunggu oleh Raymon.
Raymon pun langsung menghampiri Sheilla dan mengajak Sheilla pergi kesuatu
tempat yang Sheilla tidak tahu.
“Heyy... ayo ikut...!” ajak Raymon.
“Kemana?” sahut Sheilla dengan
lantang.
“Ayo ikut Ana, nanti kamu juga tahu sendiri kok, ada kejutan yang spesial buat kamu.”
ucap Raymon sambil menaiki motornya.
“Tapi….!!!
Ucap Sheilla.
“Udah,
gak usah pake tapi-tapian. Ayo ikut aku aja, cuman sebentar kok..” jawab
Raymon.
“Ya udah dech... aku ikut aja, tapi
jangan terlalu sore pulangnya ya”
jawab Sheilla yang mulai gembira.
“Siap bosss...???” sahut Raymon dengan keras.
Mereka pun langsung menuju sebuah
bukit yang dipenuhi dengan ilalang. Mereka berjalan menuju sebuah batu besar yang
berada ditengah-tengah padang ilalang tersebut, dan mereka pun duduk berdua
sambil melihat pemandangan padang ilalang disekitarnya.
“Wahhhh indah banget... Pemandangannya indah
banget... Baru
kali ini aku ngeliahat
pemandangan seindah ini” ucap Sheillla yang terkagum-kagum.
“Emangnya kamu nggak pernah
jalan-jalan atau pergi kemana gitu?” tanya Raymon yang juga ikut bahagia.
“Oh... sejak aku ditinggalkan oleh
ibuku, aku hanya dirumah saja dan melakukan kegiatan rumah. Selesai sekolah pun
aku langsung pulang kerumah dan jarang main. Apalagi harus ngejagain ayahku”
jawab Sheilla yang mulai sedih.
“Upps... Sorry ya gue buat lho
sedih” ucap Raymon yang mulai simpati melihat Sheilla.
“Nggak papa... santai aja, udah biasa koq” jawab Sheilla.
“Shell, sebenarnya gue ngajak lho kesini gue mau
bicara sesuatu yang penting sama lho, tapi lho jangan marah ya...” ucap Raymon
yang mulai mendekati Sheilla.
“Bilang saja, aku gak bakalan marah
koq. Gini-gini aku bisa
jaga rahasia lhoh. Eh ngomong-ngomong
mau ngomong apa, kayaknya serius banget” jawab Sheilla.
“Gini, sejak pertama gue ngelihat
lho, entah ada suatu hal yang enggak gue ngerti. Gue juga nggak tau apa itu,
tapi gue mau jujur Shell mungkin rasa
itu dating dari kamu. Setiap gue jalan dan deket ama lho, hati gue rasanya
berdebar-debar terus nggak hanya itu pasti kepikiran kamu terus saat aku mau
tidur. Mungkin ini rasa cintaku padamu Shell dan gue hanya mau bilang,
kalau sebenarnya gue suka ama lho Shell,
gue sangat cinta ama lho Shell. Mau gak kamu jadi cewek aku?”
ucap Raymon dengan serius.
Sheilla diam sejenak karena terkejut
apa yang dikatakan oleh Raymon dan kemudian memandang Raymon dengan penuh
perasaan karena Sheilla merasakan suatu hal yang belum pernah dia rasakan
selama ini.
“E..e…
Sebenarnya
a..aku juga suka sama kamu Ray, pertama
kali aku lihat kamu aku udah suka sama kamu dan saat
melihat kamu hatiku terasa berdebar-debar. Pada saat itulah aku yakin bahwa aku
juga telah jatuh cinta
dengan kamu” jawab Sheilla dengan perasaan yang mulai tidak karuan.
“Beneran
Shelll???? Kamu juga suka sama aku…” sahut Raymon dengan keras.
“Emmm…
iya Ray, aku suka sama kamu dan a… aku mau jadi pacar kamu Rey” jawab Sheilla
sambil malu-malu.
“Yesssss….
Akhirnya bidadariku datanag kepadaku. Terima kasih Tuhan, kau berikan dia
untukkuuuu…. Terima kasih Shell kamu mau ngebuka hati kamu buat aku, gue saying
kamu” teriak Raymon dengan keras.
“Iya…iya
Rey… sama-sama” jawab Sheilla.
“Gue
janji Shell gue akan jagain kamu dan akan selalu saying ama kamu, tidak hanya
itu g ue pasti ngelindungin kamu dari apapun juga” ucap Raymon dengan gagah.
Akhirnya
mereka pun saling berpelukan diatas batu besar itu. Mereka
pun resmi menjadi pasangan kekasih dan kemudian mulai bermesraan di atas batu
itu juga. Sheilla yang merasakan hal itu hanya bisa beryukur, karena akhirnya
dia punya kekasih yang tulus mencintainya.
Tak lama kemudian waktu sudah
menunjukkan pukul lima sore, Sheilla harus bergegas untuk pulang kerumahnya.
“Ray sorry ya kita lanjutkan besok
saja jalan-jalannya, mumpung besok hari minggu. Sekarang aku harus cepat-cepat
pulang” ucap Sheilla kepada Raymon.
“OK, gue yang nganter lho pulang ya,
takutnya lho kemalaman sampai rumah” jawab Raymon.
“Ya sudah...ayo...” sahut Sheilla.
Sesampainnya dirumah, pemandangan
seperti biasa. Ayah Sheilla melamun lagi di samping pintu sambil menatap
kelangit. Sheilla pun mengajaknya masuk kerumah.
“Ayah ayo masuk, sudah hampir malam
ayo kita makan malam bersama” ucap Sheilla sambil menggadeng tangan ayahnya
masuk kerumah.
Setelah Sheilla selesai mandi dan bersih-bersih,
Sheilla dan ayahnya mulai makan malam. Tapi pemandangan tampak berbeda,
lagi-lagi ayahnya tidak mau makan lagi. Beberapa hari ini ayahnya tidak mau
makan dan lebih sering melamun. Sheilla pun sudah tidak bisa menahan
kesabarannya, muncullah amarah Sheilla yang sudah tidak bisa dibendung lagi
karena sudah tidak bisa menghadapi ayahnya yang terus berdiam diri.
“Cukup... sebenarnya ayah ini
kenapa? Setiap hari hanya melamun saja, setiap hari aku bangun pagi dan
menyiapkan makanan untuk ayah, aku relakan belajarku sampai larut malam. Itu semua
karena aku sayang sama ayah, tapi apa...apa balasannya. Ayah tidak mau makan,
tidak mau bicara sedikitpun, aku sudah cukup sabar ayah. Tapi kenapa ayah tetap
saja tidak berubah, sebenarnya apa yang ayah sembunyikan dariku sehingga ayah
sering melamun sendiri, apa tentang kepergian ibu yang tak aku mengeti?” ucap
Sheilla yang mulai marah dan meneteskan air matanya.
Mendengar kata-kata dari Sheilla,
hati ayah Sheilla kini mulai tersentuh. Pada saat itu pula ayahnya mulai
bicara.
“Maafkan aku nak, aku memang hanya
bisa menyusahkanmu. Aku memang tidak berguna, tapi itu semua karena aku sayang
kepadamu” ucap ayahnya sambil memandang anaknya dengan penuh kasih sayang.
“Apa...ayah bilang sayang, sayang
dari mana. Orang tua mana yang mewujudkan rasa sayangnya dengan melamun dan
tidak pernah memberikan perhatian serta kasih sayang kepada anaknya. Apa maksud
dari semua ini ayah, aku mulai curiga kenapa ibu meninggalkan ayah. Itu pasti
karena ayah tidak pernah mau memberikan kasih sayang ayah kepada ibu dan hanya
memikirkan kepentingan ayah sendiri....iya kan..!!!” jawab Sheilla yang semakin
marah.
“Kamu bicara apa, kamu salah nak.
Ibumu meninggalkan kita bukan karena ayah, tapi karena dia yang tidak sayang
pada kita. Dia lebih memilih lelaki lain dari pada ayah, sejak ayah merantau
ternyata ibumu diam-diam selingkuh. Disitulah ayah sangat sedih dan patah hati,
selain itu aku menyembunyikannya darimu karena ayah takut kamu pasti akan
kecewa dan sangat bersedih” jawab ayahnya lagi kepada Sheilla dengan sedih.
“Jadi ini yang membuat ayah sering
melamun dan tidak bersemangat, jadi ini. Kenapa ayah tidak katakan padaku dari
dulu... Kenapa????” sahut Sheilla sambil menangis.
“Maafkan ayah nak, itu karena ayah
sayang padamu dan tidak ingin membuat kamu kecewa” jawab ayahnya sambil memeluk
anaknya.
Dari kejadian yang dialaminya, kini Sheilla
percaya, bahwa jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan memang sudah yang terbaik.
Kini dia juga menjadi lebih dewasa dan tahu bahwa kesetiaan itu penting, serta
jangan pernah menghianati satu sama lain. Walaupun kebahagiannya tidak pernah
lengkap dengan kehadiran ibunya, tapi dia tetap bangga karena masih memiliki
ayah dan kekasih yang masih menyayanginya selalu.
Subscribe to:
Posts (Atom)